12 Sesi Kehidupan

mriginet
13 min readDec 31, 2021

Dua belas bulan sudah berjalan di tahun 2021. Di hari 365 ini, sungguh patut disyukuri bahwa kita bisa melewatinya dengan baik (seperti memenangkan pertandingan). Ya, setiap hari adalah peperangan untuk menjadi lebih dan lebih baik lagi. Bersyukur diriku dapat melewati 2021 dengan fabolous!

Persiapan Maraton di Januari

Januari adalah bulan pertama disetiap tahun yang ada. Saat menginjakan kaki tanggal demi tanggal, bukanlah sesuatu yang mudah untuk menapaki saat demi saat. Di akhir 2020 aku meyakinkan diri untuk dapat menyongsong 2021 dengan semaksimal mungkin. Ya, memberanikan diri untuk melawan semua rasa takut yang ada. Well, mempertaruhkan diri untuk menapaki sesuatu hal yang baru, siapa yang gak takut? Di akhir 2020 aku sudah berusaha sebaik mungkin untuk mempersiapkan maraton ini. Berlatih sebaik mungkin untuk menjajaki ujian penyetaraan Bahasa Inggirs sebagai bahasa internasional untuk melengkapi persyaratan masuk universitas. Sedari dulu, hal ini menjadi momok yang menakutkan. Entahlah, trauma di masa lalu bahwa diri ini gak pernah lebih baik dalam berbahasa berhasil menutupi kemampuan yang terpendam. Namun, Semesta selalu memiliki jalannya sendiri untuk mempertemukan dengan takdir. 16 Januari 2021 adalah hari tes IELTS keduaku (yang official). Tidak mudah juga melaluinya dengan sakit perut ditengah-tengah ujian (biasalah jadwalnya keluar di masa tersebut, ya pasrah aja haha). Puji Tuhan, hasilnya tetap memuaskan meski belum maksimal. Pelajaran untuk merasa cukup membuat kita dapat mensyukuri hidup, cukup tidak perlu berlebihan. I was going to apply for one of EMJMD Scholarship called IMRD (International Master of Rural Development). Host Univnya itu Ghent University dan ada kesempatan untuk ambil di Agrotech Paris untuk tahun keduanya! Impian gak sih ke Prancis? Impian banget. Sayangnya, Writingku gak cukup untuk nilai minimum apply beasiswa ini hehe. Dibatalkan deh niat untuk mendaftarnya :) Yuk fokus untuk yang lain hehe

Mengisi Amunisi dengan Februari

Februari adalah bulan penuh Cinta. Sebetulnya saya percaya setiap hari itu wajib dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang hehe. Memang sulit mengasihi dunia ini, namun Tuhan saja yang memampukan kasih itu tetap ada. Dorongan untuk berbuat lebih bagi“ketidakadilan”. Apakah aku memahami apa itu ketidakadilan? Entahlah, banyak persepsi mengenai hal ini. Aku memantapkan diri untuk memperlengkapi diri dibidang Development Studies. Hah, gimana? Isu sosial dan ekonomi begitu kompleks, ditambah bila hal tersebut berkaitan dengan masalah sumberdaya alam. Yaudah deh, makin-makin penasaran untuk menapaki jejak politcal ecology sebagai jalan ninjaku. Neither Development and Rural Innovation di Wageningen University or Development Studies di International Institute of Social Studies, keduanya punya keunggulan masing-masing dan entah mengapa gak tertarik untuk melirik negara lain selain Belanda sejak tahun 2016. Sejak IELTSnya rampung, mulai dilengkapi persyaratan-persayaratan lain untuk mendaftar universitas, terutama soal esai. Lintas jurusan ini agak-agak ketar-ketir ya, bisa diterima atau nggak? Basicnya gak punya. Terus gimana dong? Ya dicoba aja, kan ada pengalaman kerja. Mudah-mudahan cukup. Banyak hal ingin dituangkan dalam esai, namun aku memilih menuangkan isu personal yang ingin dicari upaya penyelesaiannya pas kuliah nanti. Dalam waktu seminggu, tepatnya 12 Februari 2021, aku mendapatkan Letter of Acceptence (LoA) dari ISS. Gak lama sebelum itu, aku juga diterima Wageningen University sama-sama di bulan Februari. Nunggu pengumuman ISS tuh ya, rasanya deg-degan banget! Kepikiran apakah bakal diterima atau nggak dengan kemampuan seadanya gini (haha). Bersyukur bahwa Tuhan memberikan jalannya untuk bertemu dengan ISS di tahun 2020 awal dan meyakinkan diri untuk memilihnya untuk mulai studi di September 2021. Rasanya? Seneng, soalnya beneran pertama kali mencoba pendaftaran sekolah haha (maap norak)

Tembak Maret!

Daftar sekolah udah, tinggal nyari duitnya. Ini nih yang susah hehe. Kalau mau sekolah ke Belanda, jalannya cuma 2: Stuned atau LPDP. Stuned (Studeren in Nederland) Scholarship merupakan beasiswa dari Pemerintah Belanda, salah satu negara yang menerima program ini adalah Indonesia. Stuned ini terkenal kompetitif banget! Makin tahun, awardeenya makin sedikit (PS: tahun 2021 ini sekitar belasan aja, persisnya berapa lupa haha. Beberapa (among 5 people cmiiw) awardeenya ada di ISS untuk TA 2021). Major yang gak bersinggungan sama tema dari Stuned membuat agak-agak ragu apakah bisa melewati Stuned ini sampai tahap-tahap berikutnya? Cobain aja dulu haha. Tersulit adalah esai yang harus meyakinkan, selain profil dari kandidat yang sesuai. Bingung banget mau nyusunnya kayak apa, soalnya berapa katanya dibatesin. Beberapa kali revisi dan akhirnya berhasil submit semua-muanya di minggu kedua Maret (meski akhirnya pendaftaran beasiswa ini diperpanjang, tapi ya saya tetep submit sesuai jadwal awal :’) ) Ketidakyakinan ini membuat diri mencari-cari peluang beasiswa lainnya. Tersebutlah AAS sebagai salah satu beasiswa bergengsi di dunia yang menjadi incaranku berikutnya.

Berjuang Terus April

Stuned sudah berhasil disubmit, sekarang tinggal perjuangan untuk AAS. Australian Award Scholarship, beasiswa dari Pemerintah Australia untuk negara-negara berkembang. AAS ini bergengsi banget dan utamanya mereka milih kandidat yang berasal dari daerah concernnya mereka, ASN, dan kemungkinan paling kecil pada kaum awam seperti saya haha. Kuota AAS berkurang karena Pandemi, sekitar 2020 lalu cuma 50 awardee (40 Master dan 10 Doktoral). Lambat banget progres pengisian aplikasi AAS ni, soalnya pertanyaan esainya mesti bener-bener deh jawabnya, dan semakin kompetitifnya ini yang membuat semakin sulit. Seperti sebelumnya, dicoba aja dulu. Beberapa universitas di Australia yang menjadi pilihanku ada: Australian National University dengan pilihan Master of Applied Anthropology and Participatory Development, University of Melbourne dengan pilihan Master of Development Studies dan terakhir The University of Queensland dengan pilihan Master of Development Practice. Alon-alon asal kelakon banget pengisian aplikasi AAS ini. Sambil mulai frustasi mesti cari dan daftar beasiswa apalagi. Ya, mesti cari opsi lain karena AAS yang kompetitif, LPDP yang belum jelas timelinenya, dan Aplikasi Stuned yang gagal. Ketemulah dengan DAAD (beasiswa pemerintah Jerman) dan ADB-JSP Scholarship. Beberapa program studi yang ditawarkan DAAD-EPOS cukup relevan, sehingga mempertimbangkan untuk apply pait-pait gak lanjut dengan beasiswa yang buka awal-awal ini (tutupnya masih lama, September hehe. Repot kirim dokumen aja ke Jerman langsung, duit bos). ADB-JSP ada universitas favorit! The University of Auckland. Auckland punya program Development Studies dan patut dipertimbangkan hehe. Begitulah tutupan di bulan April, sambil sibuk-sibuk membantu penutupan internal audit Mitra di kantor hehe

Harapan Mei

Yup, terbukalah sebuah harapan baru di bulan Mei. Aplikasi AAS berhasil disubmit di awal-awal Mei supaya selanjutnya bisa fokus ngurusin LPDP. Yup, beasiswa pemerintah Indonesia kembali dibuka dan paling cepat untuk intake September ini untuk LN. Galau dong, soalnya LoA saya mulainya akhir Agustus tapi ya dicobain aja dulu haha (semua dicoba deh pokoknya).

Dengan segala ketidakpedean ini, tetap memberanikan diri untuk mendaftar beasiswa LPDP. Sama seperti yang lain-lain, esai adalah hal tersulit yang perlu ditaklukan. Tanpa basa-basi nanya apapun ke orang tentang beasiswa ini maupun lainnya. Ya baca aja panduannya, cukup dan jelas kok wkwk. Gak pake bingung ina-inu kecuali beberapa bagian esai yang perlu diatur jalan ceritanya. Alurnya mesti sesuai dan kelihatan hidup, penting! Sampe nanya temen sekiranya hal apa yang bisa dibenang merahkan untuk mengisi esai ini. Akhirnya dapet, dan terbentuk dengan baik. Pas hari ulang tahunku di 28 Mei, hari itu juga aku buka kembali akun LPDPku dan mulai melengkapi semuanya. Kecuali bagian esai yang kepribadian haha, butuh semedi kembali untuk mengisi satu demi satu pertanyaan yang ada.

Prepare June’s battle

Pengumuman seleksi admin telah rilis dan aku cuma punya sedikit waktu untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti Tes Bakat Skolastik (TBS). The only one yang berhasil melaju ke tahap berikutnya haha. Awalnya cuma belajar dari soal-soal di internet, merasa gak cukup dengan semua itu akhirnya aku beli juga buku latihan TPA. Ya pokoknya mengasah diri aja deh. Pas hari H? Cuma bisa berdoa dong Bun. Berdoa internet lancar, berdoa ga ada gangguan teknis nganu-nganu (karena melihat di grup tele, banyak yang mengalami kendala teknis saat ujian TBS). Puji Tuhan, soalnya susah banget! Haha Kata orang-orang sih mirip soal GMAT, kaga ngartilah. Pokoknya hese pisun! Berkaca dari passing grade angkatan 2019, aku sih gak bakal lolos ya TBS ini. Yaudah deh pasrah, nunggu aja pengumuman aslinya. Sambil deh nyiapin berkas-berkas DAAD dan ADB JSP. Mulai dulu dari dokumen-dokumen resmi yang perlu legalisir ina-inu. Esai terakhir aja pas mau submit. ADB JSP submit maksimal bulan Juni. Persyaratannya perlu LoA Uncon dulu jadi mesti coba apply Uni of Auckland di awal.

Lalu ternyata bulan Mei agak tengah, keluar hasilnya. Eh keterimanya Conditional karna gak linear jurusannya. Sudah kuduga. Yasudah deh gugurkan saja itu ADB-JSP, pilih beasiswa lain. Di akhir Juni, tanggal 24 Juni keluarlah hasil seleksi TBSnya. Pertama-tama tau malah dari teman, gak dari SMS (biasanya LPDP kasih notifikasi SMS gitu). Langsung deg-degan seketika haha, takut banget buka akun. Lagi-lagi ya, kalau emang jalannya tembus-tembus wae. Puji Tuhan lolos ke seleksi berikutnya, babak akhir yaitu Wawancara. Wew, bakal gimana tuh nasib di wawancara?
Anyway di bulan Juni ini akhirnya saya berhasil mendapatkan vaksin C-19 pertama! Setelah perjuangan mempersiapkan diri untuk nerima vaksin AstraZeneca, eh ujug-ujug tetep kena Sinovac haha. Baiklah gapapa, yang penting sudah vaksin!

July the rollercoaster

Ah gila, gue harus gimana? Interview, menyiapkan apa aja nih? Cari informasi di telegram (akhirnya ketemulah grup LPDP LN), kenalan sama berbagai macam orang, latihan sana-sini with several old friends and colleague. Awalnya… Melihat profil berbagai peserta seleksi yang ada diri ini semakin gak yakin dengan kemampuannya. Beraaattt banget rasanya, bacain CV orang, esai orang, melihat apa yang mau mereka lakukan, apa yang sudah terjadi dalam kehidupan mereka. Kok kayaknya gue bukan apa-apa ya? Gue gak ada keren-kerennya wkwk. Masih berbekas di ingatan di masa pertama gue mock interview bareng Mayvin, gue malah nangis. Kenapa? I didn’t believe in myself! Gue gak yakin dengan apa yang gue tuangkan, apa yang mau gue capai. Nangis sejadi-jadinya. Seketika merenung. Bener gue mau ini? Bener ini jalan yang harus ditempuh? Bener kah gue orang yang tepat? Tapi ya, kejadian ini bener-bener menjadi titik balik. Titik balik gue menemukan eureka bagi jalan hidup. Berkali-kali dan dengan berbagai orang gue melatih diri ini. Menerima berbagai masukan, siap untuk dikritik untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Di titik ini gue menjadi pendengar yang baik deh untuk memoles diri, memupuk dan menyiram diri sebaik mungkin supaya bisa berkembang di hari H. Tornado banget deh bulan Juli ini, gak lama mau hari H interview ya, ibu dan kakak gue positif C-19! Gue gak mau mengalah, gue tuntaskan sampe hari H dan setelah itu tumbang. Ikutan positif C-19 juga :’) Rasanya? Marah banget! Serius. Marah, sedih, gak tau deh campur aduk. Gue mau berangkat kok malah sakit? Terus nanti gimana? Lain-lain semua ada disitu. Kek, wtf! I told my mom that I couldn’t forgive her for the sickness. Even though we are good now. 2 pekan ku menunggu pengumuman, cuma bisa berdoa dan bilang ke Tuhan: “Gue mau berangkat, gue mau sekolah, gue harus sembuh!” Puji Tuhan, 22 Juli 2021 menjadi hari bersejarah banget! Exactly, beasiswa LPDP berhasil diraih. Semua adalah anugrah Tuhan dan kesempatan dariNya.

Ya, sekarang waktunya bersiap-siap berangkat. Itu yang ada dibenakku saat itu. Terima kasih banget Tuhan memberikan kesempatan yang berharga ini! Tapi kesehatan gue gimana? Masih ada gak C-19nya? Lalu kalau pergi, vaksin keduanya gimana? Mana kebagiannya Sinovac kan. Dahlah nyampur aduk. Lalu urus visanya? Tepat di hari terakhir di bulan Juli, aku memberikan keputusan terberaaaaatt dalam hidup. Ya, keberangkatan di tahun 2021 dibatalkan. Aku memutuskan untuk menunda sekolahnya. Impian yang sejak lama ingin diraih, harus tertunda lagi? Ya baiklah gapapa. Yakin aja bahwa ini adalah keputusan terbaik dan tidak boleh disesali. Well said, ini menjadi bayang-bayang disetiap bulan sih sekitaran 2–3 bulanan lah haha. PS: Terimakasih untuk kaum-kaum yang bersedia direpotkan! Mulai dari Ben yang membantu poles esai dari awal seleksi apapun. Gak diragukan deh kemampuan linguistiknya haha. Kenalan-kenalan dari grup Simulasi Wawancara LPDP, lalu grup LPDP-Dev yang tengah dirintis (semoga komunitas ini saling mendukung seterusnya!), teman-temankoe: Mayvin, Vany, Angel, Nike, Chele, All, dan siapapun yang telah mendoakan proses ini. Terharu banget gue mah haha

PekAgustus. Iyakah?

Di bulan Agustus (kayaknya tanggal 10) dapat email dari momod PK-175. Wah apanih, bakal segera resmi jadi bagian LPDP ya? Gak lagi CPB? Rasanya excited banget, pengen segera melalui hal ini hehe. Isinya PK-175? Orang-orang hebat! Di grup ini pun ketemu beberapa kenalan lama, mulai dari Ihsan, Judit, ada beberapa anak ITB lainnya juga. Kek reuni tau ga sih. Wkwk
Proses demi proses dilalui, ikutan welcoming awardee, mengerjakan beberapa tugas PK, berpartisipasi pemilihan PA, dll. Sampe suatu waktu di akhir bulan deh kayaknya, PK ini harus mengalami pemecahan. Loh pemecahan kenapa? Perwakilan Angkatan (PA) mengatakan untuk rekan-rekan yang intakenya masih lama, dapat mengikuti PK selanjutnya saja. Wah, prosesnya udah setengah jalan, masa harus dipisah gini? Udah ikut welcomingnya juga pun, sudah ada SKnya bahwa aku adalah bagian dari PK-175. Ya, yasudahlah. Diterima saja dengan sebel sebenernya haha. Ya siapa sih yang gak kecewa, udah dibuat senang dengan euforia yang ada lalu harus ditunda lagi? Gapapa deh, mereka bilang PK selanjutnya di Oktober. Yowes, gak lama itu bukan masalah. Sing penting udah menjadi bagian LPDP, sekalian Oktober mau ngurusin defer ke ISS hehe

September Ceria

Basi banget ya sama tagline ini haha. I deserve to relax. Perjuangan setahunan ini terbayar. Tidak terlalu banyak yang diingat mengenai September, selain ini adalah bulan yang berat saat melihat postingan atau story semua orang (iya semua orang) dengan kehidupan barunya di negeri orang, atau keseruan mengikuti PK. Bersyukur-bersyukur. Eh tapi gue udah manjangin les di ELC, lalu pake mau les Jerman pula. Amsyong deh awal tahun wkwk. Ya, ku les bahasa Prancis di ELC dan sempat les bahasa Belanda juga di Gre’s course di bulan Mei-Juni. Setelah itu sih luntang-lantung milih tempat kursus boso Belanda lain. Sulit e cari yang masuk kantong, akhirnya ketemu di Dagboek Indonesia. Cobain deh, meski gatau juga manfaatnya. Setelah dicoba, susah! Lebih terkesan friendly Prancis ya haha. Ya sama-sama hese kok. Menjalani kehidupan rutin di September sembari belajar kedua bahasa tersebut.

Oiya, di September ini juga akhirnya gue mendapatkan hasil dari AAS. Seperti yang diduga, kemungkinannya kecil untuk terus melaju. Gapapa, bersyukur pernah diasah melalui beasiswa AAS ini!

October Return

Gue mau nyelesain segala sesuatu. Yes, maunya kan gitu ya tapi berhubung submit SP minimal bisa dilakukan 6 bulan sebelum intake, SPnya ditunda dulu deh. SP tuh semacam surat perjanjian (penandatanganan kontrak) dengan LPDP. Disitulah saya sah menjadi awardee, ketika sudah tanda tangan SP. Diurus dulu lah LoA barunya dan juga konfirmasi keikutsertaan di tahun ajaran 2022/2023. Yow, this is my 2nd admission in ISS!

Apalagi ya yang saya pelajari di Oktober? Kebusukan Mitra? Wkwk gak deng. Semua ini adalah sebab dan akibat. Kehidupan. Saya sudah cukup belajar dengan pekerjaan saat ini, tidak perlu dilanjutkan hehe. Nanti cari lagi tempa yang bisa membuat berkembang. Oiya, hal yang agak ngadi-ngadi di bulan ini adalah diikutsertakannya gue dalam proyek karbon. Hadeh, mau-maunya sih jadi bonekanya negara barat. Yang nyumbang emisi karbon juga siapa :/ Politcs. Awalnya kek apaan sih, gak berdampak langsung juga ke masyarakat. Mereka ngerti apa? Mau dimanfaatin lagi dan lain lain. Namun saya memilih, yowes ikut aja dulu. Siapa tau belajar sesuatu kan (ya agak sih dengan VCS (sertifikasi karbon) CCB, dan kenalan lain-lainnya. Hal ini berlangsung sampai 20 Desember 2021.

November Rain

Belum hujan-hujan banget sih, tapi hujan persiapan audit aja. Auditnya akhir November jadi ya dari Oktober sudah larut-larut persiapan ina inu seperti biasa. Puji Tuhan juga auditnya berjalan dengan lancar, meski ada satu temuan dari Mitra paling ngadi-ngadi dengan pengetahuannya haha. Keceplosan aja sih, gak masalah besar. Hubungan dengan rekan-rekan kerja selama audit juga naik turun seperti biasa karena ada komponen yang berubah-ubah, seperti biasa juga ada proses ketidak dewasaan disitu hehe Proses yang dilalui di tahap ini gak sebrutal tahun lalu. Meski pandemi, tahun ini lebih santai karena gak ada site visit. Lumayan sih, auditornya bisa diajak ngobrol agak-agak bisa disibukan perhatiannya sama orang yang suka nanya-nanya kek gue. Oiya, per Juli-Oktober-November ini pun semakin banyak pegawai berguguran aka resign. Wah, bakal banyak orang-orang baru kedepannya di SOBI. Coba kita lihat tahun depan. Aku sendiri sih masih mempertimbangkan, mau selesai di bulan April atau Mei aja mengingat Mei awal kan lebaran, nanti malah gak bisa tumpengan haha Perjalanan VCS pun lancar, pembuatan kategori untuk risiko. Masih ga ngerti-ngerti amat sih, tapi ilmunya walau cetek tetep adalah. Lumayan, untuk bekal masa depan siapa tau hehe. Oiya, sepanjang November ini (dari akhir Oktober sih) mendedikasikan diri untuk membantu beberapa kandidat dari LPDP tahap 2. Utamanya sih dari temen-temen di grup Development, meski 1–2 kali sempet bantuin kandidat dari sektor lain juga. Seneng belajar dari banyak isu, bisa melihat perspektif orang-orang lain dan disini gue merasa mendapatkan makanan semangat dan perjuangan untuk mewujudkan impian. Kita masih punya harapan loh, gitu katanya.
Anyway, sampai sekarang Pekanya belum ada informasi :) Yaudah tungguin aja. Ya semoga urusan ttd administrasi beasiswa lainnya aman ya bun.

Fireworks in December

Kenapa kembang api ya? Padahal Desember ini banyaknya hujan wkwk. Tepat di hari ini 31 Desember 2021, aku menuliskan tulisan ini. Tadinya sih mau dituliskan pakai bahasa Inggris tapi bisa 3 hari kelarnya nggonta ngganti ini itu huhu. Resolusi mesti perbaikan kompetensi bahasa Inggris biar lancar kuliahnya. Ya itu juga sih, belum ada amunisi lebih untuk sekolah. Mesti belajar isu lebih lagi, mematangkan English for Academic purpose juga. Fireworks soalnya di Desember ini ada ujian Prancis dan Belanda! Akhirnya sudah berada di level 3 untuk kelas Prancis dan akan naik kelas A2.2.1 untuk Bahas Belanda. Mudah-mudahan ya haha, soalnya yang udah pengumuman baru bahasa Prancis. Di Desember ini juga menerima berita menyenangkan dan kurang menyenangkan dari berbagai teman yang handai dan taulan. Beberapa dari mereka lolos beasiswa LPDP tahap 2. Lainnya, mendapatkan kesempatan untuk mengabdi bagi negara melalui CASN. Selamat ya guys! Di manapun kalian berada, tetap berbakti memberikan yang terbaik untuk negeri. Taglinenya kan #diriuntuknegeri asek. Puji Tuhan juga sudah bisa melalui Malam Natal dan Natal dengan ibadah offline. Hadir kembali beribadah di rumah Tuhan memberikan suatu refleksi, tahun depan berapa persembahan yang perlu disisihkan supaya layak? Random thought but I was thinking about it. Mata uangnya kan bakal beda haha. Okelah, perjalanan yang indah dan keras banget sepanjang tahun 2021. Kayaknya semua hal dilewati. Mantap juga dapet temen-temen baru, mulai dari anak-anak Belanda, anak-anak beasiswa maupun temen-temen kelas Francais dan Belanda. Sangat bersyukur dan berterima kasih karena Tuhan gak henti-hentinya mengasah diri ini untuk terus berkembang ke arah yang lebih baik. Tidak henti-hentinya ku menanti Tuhan mengasah diri ini untuk tahun tahun mendatang. I am really excited to face 2022 with You! New school, I am coming! :)

--

--

mriginet

Forest engineer who has interest on development issues such as gender, food, agrarian and poverty.